Selasa, 06 Juli 2010

Psikologi Perkembangan Anak

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK
Oleh : Ernawulan Syaodih

Latar Belakang
Pendidikan bagi anak usia dini adalah suatu pendidikan yang sengaja
dilakukan bagi anak yang berada di usia 0 – 8 tahun. Pendidikan ini dapat dilakukan
dalam jalur pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah, dan bentuk
pendidikan pun dapat dilakukan di Taman Kanak-kanak, Play Group, Tempat
Penitipan Anak, atau di TKA/TPA dan RA. Artinya, bentuk pendidikan seperti
apapun yang diikuti anak usia dini pada intinya adalah sama, untuk membantu
meningkatkan derajat dan kualitas anak didiknya, dan membantu proses
perkembangan anak seoptimal mungkin.
Anak usia dini adalah anak yang sedang dalam proses tumbuh kembang. Pada
usia ini segala aspek perkembangan anak mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Aspek perkembangan yang ada pada anak usia dini meliputi aspek intelektual, fisikmotorik,
sosio-emosional, bahasa, moral dan keagamaan. Semua aspek
perkembangan yang ada pada diri anak ini selayaknya menjadi perhatian para
pendidik agar aspek perkembangan ini dapat berkembang secara optimal. Tidak
berkembangnya aspek perkembangan anak ini akan berakibat di masa yang akan
datang, tidak saja anak mengalami hambatan dalam perkembangan pada masa
perkembangan di usia berikutnya, tetapi anak juga akan mengalami kesulitan dalam
menghadapi kehidupan di masa yang akan datang.
Membantu proses pengembangan berbagai aspek perkembangan anak perlu
diawali dengan pemahaman tentang Psikologi Perkembangan Anak, karena
perkembangan anak berbeda dengan perkembangan anak remaja atau orang dewasa.
Anak memiliki karakteristik tersendiri dan anak memiliki dunianya sendiri. Untuk
mendidik anak usia dini, kita perlu dibekali pemahaman tentang dunia anak dan
bagaimana proses perkembangan anak. Dengan pemahaman ini diharapkan para
pendidik anak usia dini memiliki pemahaman yang lebih baik dalam menentukan
proses pembelajaran ataupun perlakuan pada anak yang dibinanya.

Psikologi dan Psikologi Perkembangan
Manusia merupakan subyek dalam kehidupan, sebab sebagai makhluk ciptaan
Tuhan dialah yang selalu melihat, bertanya, berpikir dan mempelajari segala sesuatu
yang ada dalam kehidupannya. Manusia bukan hanya tertarik dan ingin mempelajari
apa yang ada pada lingkungannya atau sesuatu di luar dirinya tetapi juga hal-hal
yang ada dalam dirinya. Dengan kata lain, manusia ingin mengetahui keadaan
dirinya sendiri. Ilmu pengetahuan yang berobyekan manusia, dan mempelajari
berbagai perilaku manusia sebagai individu adalah Psikologi.
Pada dasarnya psikologi terbagi atas dua bagian, yaitu psikologi umum dan
psikologi khusus. Psikologi umum adalah ilmu yang mempelajari konsep umum
tentang perilaku individu, apa, mengapa dan bagaimana individu berperilaku.
Sedangkan psikologi khusus adalah kelompok psikologi yang mempelajari perilaku
individu secara khusus, baik kekhususan karena tahap perkembangannya, posisinya,
aspek yang mendapatkan sorotan utamana atau karena kondisinya. Yang termasuk
dalam kelompok psikologi khusus adalah psikologi perkembangan yang terbagi atas
psikologi anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, psikologi pria dan wanita, psikologi
abnormal, psikologi kepribadian, psikologi diferensial dan psikologi binatang.
Psikologi Perkembangan merupakan salah satu cabang dari psikologi khusus
yang mempelajari perilaku dan perubahan perilaku individu dalam berbagai tahap
perkembangan, mulai dari masa sebelum lahir (prenatal), masa bayi, masa kanakkanak,
masa anak kecil, masa anak sekolah dasar, masa remaja awal, masa remaja
tengah dan adolesen, masa dewasa muda, dewasa dan dewasa tua, serta masa usia
lanjut. Tiap tahap masa perkembangan tersebut menjadi obyek studi dari psikologi
sebab setiap masa memiliki ciri-ciri atau karakteristik perkembangan yang berbeda.
Dalam makalah ini hanya akan mengungkapkan tentang psikologi
perkembangan anak yang merupakan salah satu bagian dari psikologi
perkembangan.
Pertumbuhan dan Perkembangan
Istilah pertumbuhan dan perkembangan seringkali dipergunakan seolah-olah
keduanya mempunyai pengertian yang sama, karena menunjukan adanya suatu
proses perubahan tertentu yang mengarah kepada kemajuan. Padahal sesungguhnya
istilah pertumbuhan dan perkembangan ini mempunyai pengertian yang berbeda.
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif,
sebagai akibat dari adanya pengaruh luar atau lingkungan. Pertumbuhan
mengandung arti adanya perubahan dalam ukuran dan struktur tubuh sehingga lebih
banyak menyangkut perubahan fisik.
Pertumbuhan dapat didefinisikan pula sebagai perubahan secara fisiologis
sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara
normal pada diri individu yang sehat dalam fase-fase tertentu. Hasil dari
pertumbuhan ini berupa bertambah panjangnya tulang-tulang terutama lengan dan
tungkai, bertambah tinggi dan berat badannya serta makin bertambah sempurnanya
susunan tulang dan jaringan syaraf. Pertumbuhan ini akan terhenti setelah adanya
maturasi atau kematangan pada diri individu.
Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan adalah suatu perubahan
fungsional yang bersifat kualitatif, baik dari fungsi-fungsi fisik maupun mental
sebagai hasil keterkaitannya dengan pengaruh lingkungan.
Perkembangan dapat juga dikatakan sebagai suatu urutan-urutan perubahan
yang bertahap dalam suatu pola yang teratur dan saling berhubungan. Perubahanperubahan
yang terjadi dalam perkembangan ini bersifat tetap, menuju ke suatu arah,
yaitu ke suatu tingkat yang lebih tinggi. Contohnya : anak diperkenalkan bagaimana
cara memegang pensil, membuat huruf-huruf dan diberi latihan oleh orang tuanya.
Kemampuan belajar menulis akan mudah dan cepat dikuasai anak apabila proses
latihan diberikan pada saat otot-ototnya telah tumbuh dengan sempurna, dan saat
untuk memahami bentuk huruf telah diperolehnya. Dengan demikian anak akan
mampu memegang pensil dan membaca bentuk huruf. Melalui belajar anak akan
berkembang, dan akan mampu mempelajari hal-hal yang baru. Perkembangan akan
dicapai karena adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh pengalaman baru
dan menimbulkan perilaku baru.
Dari uraian pengertian perkembangan di atas perlu disadari bahwa
pertumbuhan fisik mempengaruhi perkembangan psikis individu, karena pada suatu
saat tertentu kedua istilah ini dapat digunakan secara bersamaan. Dengan kata lain,
perkembangan merupakan hasil dari pertumbuhan, pematangan fungsi-fungsi fisik,
pematangan fungsi-fungsi psikis dan usaha belajar.
Prinsip-prinsip Perkembangan
Perkembangan individu berlangsung sepanjang hayat, dimulai sejak masa
pertemuan sel ayah dengan ibu (masa konsepsi) dan berakhir pada saat kematiannya.
Perkembangan individu ini bersifat dinamis, perubahannya kadang-kadang lambat,
tetapi bisa juga cepat, hanya berkenaan dengan salah satu aspek ataupun beberapa
aspek perkembangan. Perkembangan tiap individu juga tidak selalu seragam,
seorang berbeda dengan yang lainnya baik dalam temponya, iramanya maupun
kualitasnya.
Dalam perkembangan individu dikenal prinsip-prinsip perkembangan sebagai
berikut :
1. Perkembangan berlangsung seumur hidup dan meliputi semua aspek.
Perkembangan bukan hanya berkenaan dengan aspek-aspek tertentu tetapi
menyangkut semua aspek. Perkembangan aspek tertentu mungkin lebih terlihat
dengan jelas, sedangkan aspek yang lainnya lebih tersembunyi. Perkembangan
tersebut juga berlangsung terus sampai akhir hayatnya, hanya pada saat tertentu
perkembangannya lambat bahkan sangat lambat, sedangkan pada saat lain sangat
cepat. Jalannya perkembangan individu itu berirama dan irama perkembangan
setiap anak tidak selalu sama.
2. Setiap anak memiliki kecepatan (tempo) dan kualitas perkembangan yang
berbeda. Seseorang mungkin mempunyai kemampuan berpikir dan membina
hubungan sosial yang sangat tinggi dan tempo perkembangannya dalam segi itu
sangat cepat, sedang dalam aspek lainnya seperti keterampilan atau estetika
kemampuannya kurang dan perkembangannya lambat. Sebaliknya, ada anak
yang ketrampilan dan estetikanya berkembang pesat sedangkan kemampuan
berpikir dan hubungan sosialnya agak lambat.
3. Perkembangan secara relatif beraturan, mengikuti pola-pola tertentu.
Perkembangan sesuatu segi didahului atau mendahului segi yang lainnya. Anak
bisa merangkak sebelum anak bisa berjalan, anak bisa meraban sebelum anak
bisa berbicara, dan sebagainya.
4. Perkembangan berlangsung secara berangsur-angsur sedikit demi sedikit. Secara
normal perkembangan itu berlangsung sedikit demi sedikit tetapi dalam situasisituasi
tertentu dapat juga terjadi loncatan-loncatan. Sebaliknya dapat juga
terjadi kemacetan perkembangan aspek tertentu.
5. Perkembangan berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum menuju ke
yang lebih khusus, mengikuti proses diferensiasi dan integrasi. Perkembangan
dimulai dengan dikuasainya kemampuan-kemampuan yang bersifat umum,
seperti kemampuan memegang dimulai dengan memegang benda besar dengan
kedua tangannya, baru kemudian memegang dengan satu tangan tetapi dengan
kelima jarinya. Perkembangan berikutnya ditunjukkan dengan anak dapat
memegang dengan beberapa jari, dan akhirnnya menggunakan ujung-ujung
jarinya. Dalam perkembangan terjadi proses diferensiasi atau penguraian ke hal
yang lebih kecil dan terjadi pula proses integrasi. Dalam integrasi ini beberapa
kemampuan khusus/kecil itu bergabung membentuk satu kecakapan atau
keterampilan.
6. Secara normal perkembangan individu mengikuti seluruh fase, tetapi karena
faktor-faktor khusus, fase tertentu dilewati secara cepat, sehingga nampak ke
luar seperti tidak melewati fase tersebut, sedangkan fase lainnya diikuti dengan
sangat lambat, sehingga nampak seperti tidak berkembang.
7. Sampai batas-batas tertentu, perkembangan sesuatu aspek dapat dipercepat atau
diperlambat. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan juga faktor
lingkungan. Kondisi yang wajar dari pembawaan dan lingkungan dapat
menyebabkan laju perkembangan yang wajar pula. Kekurangwajaran baik yang
berlebih atau berkekurangan dari faktor pembawaan dan lingkungan dapat
menyebabkan laju perkembangan yang lebih cepat atau lebih lambat.
8. Perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi dengan
aspek lainnya. Perkembangan kemampuan sosial berkembang sejajar dengan
kemampuan berbahasa, kemampuan motorik sejajar dengan kemampuan
pengamatan dan lain sebagainya.
9. Pada saat-saat tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu perkembangan pria
berbeda dengan wanita. Pada usia 12-13 tahun, anak wanita lebih cepat matang
secara sosial dibandingkan dengan laki-laki. Fisik laki-laki umumnya tumbuh
lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Laki-laki lebih kuat dalam
kemampuan inteleknya sedangkan wanita lebih kuat dalam kemampuan
berbahasa dan estetikanya.
Karakteristik Anak
Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang periode
usia TK merupakan periode yang penting yang perlu mendapat penanganan sedini
mungkin. Maria Montessori (Elizabeth B. Hurlock, 1978 : 13) berpendapat bahwa
usia 3 - 6 tahun sebagai periode sensitive atau masa peka yaitu suatu periode dimana
suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat
perkembangannya. Misalnya masa peka untuk berbicara pada periode ini tidak
terlewati maka anak akan mengalami kesukaran dalam kemampuan berbahasa untuk
periode selanjutnya. Demikian pula pembinaan karakter anak. Pada periode tersebut
karakter anak harus dapat dibangun melalui kegiatan dan pekerjaan. Jika pada
periode ini anak tidak didorong aktivitasnya, perkembangan kepribadiannya akan
menjadi terhambat. Masa-masa sensitif mencakup sensitivitas terhadap keteraturan
lingkungan, sensitivitas untuk mengeksplorasi lingkungan dengan lidah dan tangan,
sensitivitas untuk berjalan, sensitivitas terhadap obyek-obyek kecil dan detail, serta
sensitivitas terhadap aspek-aspek sosial kehidupan.
Erikson (Helms & Turner, 1994 : 64) memandang periode ini sebagai fase
sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan
inisiatifnya, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan dari apa yang dilihat,
didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya,
maka anak akan mampu mengembangkan inisiatif, dan daya kreatifnya, dan hal-hal
yang produktif dalam bidang yang disenanginya. Guru yang selalu menolong,
memberi nasehat, mengerjakan sesuatu di mana anak dapat melakukan sendiri maka
anak tidak mendapat kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari
kesalahan itu. Pada fase ini terjamin tidaknya kesempatan untuk berprakarsa (dengan
adanya kepercayaan dan kemandirian yang memungkinkannya untuk berprakarsa),
akan menumbuhkan inisiatif. Sebaliknya kalau terlalu banyak dilarang dan ditegur,
anak akan diliputi perasaan serba salah dan berdosa (guilty).
Kartini Kartono (1986:113) mengemukakan bahwa ciri khas anak masa
kanak-kanak adalah sebagai berikut :
(1) bersifat egosentris naif, (2) mempunyai relasi sosial dengan benda-benda
dan manusia yang sifatnya sederhana dan primitif, (3) kesatuan jasmani dan
rohani yang hampir-hampir tidak terpisahkan sebagai satu totalitas, dan (4)
sikap hidup yang fisiognomis.
Kartini Kartono menjelaskan bahwa seorang anak yang egosentris memandang
dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dengan pengetahuan dan pemahamannya
sendiri. Sikap egosentris yang naif ini bersifat temporer, dan senantiasa
dialami oleh setiap anak dalam proses perkembangannya.
Relasi sosial yang primitif merupakan akibat dari sifat egosentris yang naif
tersebut. Ciri ini ditandai oleh kehidupan individual dan sosialnya masih belum
terpisahkan. Anak hanya memiliki minat terhadap benda-benda dan peristiwa yang
sesuai dengan daya fantasinya. Dengan kata lain anak membangun dunianya dengan
khayalan dan keinginannya.
Kesatuan jasmani dan rohani yang tidak terpisahkan, maksudnya adalah anak
belum dapat membedakan dunia batiniah dengan lahiriah. Isi lahiriah dan batiniah
merupakan suatu kesatuan yang bulat, sehingga penghayatan anak diekspresikan
secara spontan.
Anak bersikap fisiognomis terhadap dunianya, artinya secara langsung anak
memberikan atribut pada setiap penghayatannya. Anak tidak bisa membedakan
benda hidup dengan benda mati. Setiap benda dianggapnya berjiwa seperti dirinya,
oleh karena itu anak sering bercakap-cakap dengan bonekanya, dengan kucing,
dengan kelinci dan sebagainya.
Rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat terhadap segala sesuatu
merupakan ciri lain yang menonjol pada anak usia 4-5 tahun. Anak memiliki sikap
berpetualang (adventurousness) yang kuat. Anak akan banyak memperhatikan,
membicarakan atau bertanya tentang berbagai hal yang sempat dilihat atau
didengarnya.

Pertumbuhan fisik anak usia 4-5 masih memerlukan aktivitas yang banyak.
Kebutuhan anak untuk melakukan berbagai aktivitas sangat diperlukan, baik untuk
pengembangan otot-otot kecil maupun otot-otot besar. Gerakan-gerak fisik ini tidak
sekedar penting untuk mengembangkan keterampilan fisik saja, tetapi juga dapat
berpengaruh positif terhadap penumbuhan rasa harga diri anak dan bahkan
perkembangan kognisi. Keberhasilan anak dalam menguasai keterampilanketerampilan
motorik dapat membuat anak bangga akan dirinya.
Sejalan dengan perkembangan keterampilan fisiknya, anak usia sekitar lima
tahun ini semakin berminat pada teman-temannya. Ia akan mulai menunjukkan
hubungan dan kemampuan bekerja sama yang lebih intens dengan teman-temannya.
Anak memilih teman berdasarkan kesamaan aktivitas dan kesenangan.
Kualitas lain dari anak usia ini adalah abilitas untuk memahami pembicaraan
dan pandangan orang lain semakin meningkat sehingga keterampilan komunikasinya
juga meningkat. Penguasaan akan keterampilan berkomunikasi ini membuat anak
semakin senang bergaul dan berhubungan dengan orang lain.
Anak usia TK adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan
selanjutnya. Anak memiliki dunia dan karakteristik tersendiri yang jauh berbeda dari
dunia dan karakteristik orang dewasa. Anak sangat aktif, dinamis, antusias dan
hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya serta seolah-olah
tak pernah berhenti untuk belajar.
Aspek-aspek Perkembangan Anak
Perkembangan berkenaan dengan keseluruhan kepribadian individu anak,
karena kepribadian individu membentuk satu kesatuan yang terintegrasi. Secara
umum dapat dibedakan beberapa aspek utama kepribadian individu anak, yaitu
aspek intelektual, fisik-motorik, sosio-emosional, bahasa, moral dan keagamaan.
Perkembangan dari tiap aspek kepribadian tidak selalu bersama-sama atau
sejajar, perkembangan sesuatu aspek mungkin mendahului atau mungkin juga
mengikuti aspek lainnya. Pada awal kehidupan anak, yaitu pada saat dalam
kandungan dan tahun-tahun pertama, perkembangan aspek fisik dan motorik sangat
menonjol. Selama sembilan bulan dalam kandungan, ukuran fisik bayi berkembang
dari seperduaratus milimeter menjadi 50 sentimeter panjangnya. Selama dua tahun
pertama, bayi yang tidak berdaya pada awal kelahirannya, telah menjadi anak kecil
yang dapat duduk, merangkak, berdiri, bahkan pandai berjalan dan berlari, bisa
memegang dan mempermainkan berbagai benda atau alat.
Aspek intelektual perkembangannya diawali dengan perkembangan
kemampuan mengamati, melihat hubungan dan memecahkan masalah sederhana.
Kemudian berkembang ke arah pemahaman dan pemecahan masalah yang lebih
rumit. Aspek ini berkembang pesat pada masa anak mulai masuk sekolah dasar (usia
6-7 tahun). Berkembang konstan selama masa belajar dan mencapai puncaknya pda
masa sekolah menengah atas (usia 16-17 tahun).
Perkembangan aspek sosial diawali pada masa kanak-kanak (usia 3-5 tahun).
Anak senang bermain bersama teman sebayanya. Hubungan persebayaan ini
berjalan terus dan agak pesat terjadi pada masa sekolah (usia 11-12 tahun) dan
sangat pesat pada masa remaja (16-18 tahun). Perkembangan sosial pada masa
kanak-kanak berlangsung melalui hubungan antar teman dalam berbagai bentuk
permainan.
Aspek bahasa berkembang dimulai dengan peniruan bunyi dan suara, berlanjut
dengan meraban. Pada awal masa sekolah dasar berkembang kemampuan berbahasa
sosial yaitu bahasa untuk memahami perintah, ajakan serta hubungan anak dengan
teman-temannya atau orang dewasa. Pada akhir masa sekolah dasar berkembang
bahasa pengetahuan. Perkembangan ini sangat berhubungan erat dengan
perkembangan kemampuan intelektual dan sosial. Bahasa merupakan alat untuk
berpikir dan berpikir merupakan suatu proses melihat dan memahami hubungan
antar hal. Bahasa juga merupakan suatu alat untuk berkomunikasi dengan orang lain,
dan komunikasi berlangsung dalam suatu interaksi sosial. Dengan demikian
perkembangan kemampuan berbahasa juga berhubungan erat dan saling menunjang
dengan perkembangan kemampuan sosial. Perkembangan bahasa yang berjalan
pesat pada awal masa sekolah dasar mencapai kesempurnaan pada akhir masa
remaja.
Perkembangan aspek afektif atau perasaan berjalan konstan, kecuali pada masa
remaja awal (13-14 tahun) dan remaja tengah (15-16 tahun). Pada masa remaja awal
ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam hidupnya, diselingi rasa bingung
menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya. Pada masa remaja
tengah, rasa senang datang silih berganti dengan rasa duka, kegembiraan berganti
dengan kesedihan, rasa akrab bertukar dengan kerenggangan dan permusuhan.
Gejolak ini berakhir pada masa remaja akhir yaitu pada usia 18-21 tahun.
Aspek moral dan keagamaan juga sudah berkembang sejak anak masih kecil.
Peranan lingkungan terutama lingkungan keluarga sangat dominan bagi
perkembangan aspek ini. Pada mulanya anak melakukan perbuatan bermoral atau
keagamaan karena meniru, baru kemudian menjadi perbuatan atas prakarsa sendiri.
Perbuatan prakarsa sendiripun pada mulanya dilakukan karena adanya kontrol atau
pengawasan dari luar, kemudian berkembang karena kontro dari dalam atau dari
dirinya sendiri. Tingkatan tertinggi dalam perkembangan moral adalah melakukan
sesuatu perbuatan bermoral karena panggilan hati nurani, tanpa perintah, tanpa
harapan akan sesuatu imbalan atau pujian. Secara potensial tingkatan moral ini dapat
dicapai oleh individu pada akhir masa remaja, tetapi faktor-faktor dalam diri dan
lingkungan individu anak sangat berpengaruh terhadap pencapaiannya.
Tugas-tugas Perkembangan Masa Bayi dan Kanak-kanak
Tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul dalam suatu periode
tertentu dalam kehidupan individu. Tugas tersebut harus dikuasai dan diselesaikan
oleh individu, sebab tugas perkembangan ini akan sangat mempengaruhi pencapaian
perkembangan pada masa perkembangan berikutnya. Jika seorang individu gagal
menyelesaikan tugas perkembangan pada satu fase tertentu, maka ia akan
mengalami kegagalan dalam pencapaian tugas perkembangan masa masa
berikutnya. Akibatnya individu akan mengalami kesulitan dalam menghadapi
kehidupan pada masa-masa selanjutnya.
Pada setiap masa perkembangan individu, ada berbagai tugas perkembangan
yang harus dikuasainya, namun dalam makalah ini hanya akan disampaikan tugas
perkembangan untuk masa bayi dan masa kanak-kanak.
Pada beberapa bulan pertama dari kelahirannya, aspek yang memegang
peranan penting dari bayi adalah sekitar mulutnya. Mulut bukan hanya alat untuk
makan dan minum, tetapi juga alat komunikasi dengan dunia luar. Bayi
mendapatkan beberapa pengalaman dan rasa senang melalui sentuhan-sentuhan
dengan mulutnya. Baru selanjutnya dengan mata, telinga dan tangan yang berperan
sebagai alat penghubung dengan dunia luar. Dengan berpusat pada mulut, dibantu
dan dilengkapi dengan alat-alat indera dan anggota badan, bayi mengadakan
hubungan dan belajar tentang dunia sekitar. Melalui interaksi dengan menggunakan
alat tersebut dengan lingkungannya, bayi memperoleh kesan dan memahami
lingkungannya.
Pada tahun kedua, seorang bayi telah mulai belajar berdiri sendiri, di samping
ketergantungannya yang masih sangat besar terhadap orang tuanya. Bayi berusaha
memecahkan beberapa permasalahan yang dihadapinya. Hal ini sangat berpengaruh
besar terhadap berkembangan kepribadiannya. Pada tahun berikutnya anak mulai
dapat mengontrol cara-cara buang air, dan ia juga mulai mengadakan eksplorasi
terhadap lingkungannya.
Pada tahun keempat dan kelima, anak sudah mencapai kesempurnaan dalam
melakukan gerakan seperti berjalan, berlari, meloncat dan sebagainya. Gerakangerakan
ini sangat berperan sekali dalam perkembangan selanjutnya. Pada akhir
masa kanak-kanak, anak bukan sja mencapai kesempurnaan dalam gerakan-gerak
fisik, tetapi juga telah menguasai sejumlah kemampuan intelektual, sosial bahkan
moral.
Beberapa tugas perkembangan yang muncul dan harus dikuasai oleh anak pada
masa ini adalah :
1. Belajar berjalan. Pada usia sekitar satu tahun, tulang dan otot-otot bayi telah
cukup kuat untuk melakukan gerakan berjalan. Berjalan merupakan puncak dari
perkembangan gerak pada masa bayi.
2. Belajar mengambil makanan. Makanan merupakan kebutuhan biologis utama
pada manusia. Dengan diawali oleh kemampuan mengambil dan memakan
sendiri makanan yang dibutuhkannya, bayi telah memulai usaha memenuhi
sendiri kebutuhan hidupnya.
3. Belajar berbicara. Bicara merupakan alat berpikir dan berkomunikasi dengan
orang lain. Melalui tugas ini anak mempelajari bunyi-bunyi yang emngandung
arti dan berusaha mengkomunikasikannya dengan orang-orang di sekitarnya.
Melalui penguasaan akan tugas ini anak akan berkembang pula kecakapan sosial
dan intelektualnya.
4. Belajar mengontrol cara-cara buang air. Pengontrolan cara buang air bukan
hanya berfungsi menjaga kebersihan, tetapi juga menjadi indikator utama
kemampuan berdiri sendiri, pengendalian diri dan sopan santun. Anak yang
sudah menguasai cara-cara buang air dengan baik, termasuk tempat dan
pemeliharaan kebersihannya, pada tahap selanjutnya akan mampu
mengendalikan diri dan bersopan santun.
5. Belajar mengetahui jenis kelamin. Dalam masyarakat akan selalu ditemui
individu dengan jenis kelamin pria atau wanita, walaupun ada juga yang
berkelainan. Anak harus mengenal jenis-jenis kelamin ini baik ciri-ciri
biologisnya maupun sosial kulturalnya serta peranan-peranannya. Pengenalan
tentang jenis kelamin sangat penting bagi pembentukan peranan dirinya serta
penentuan bentuk perlakuan dan interaksi baik dengan jenis kelamin yang sama
maupun berbeda dengan dirinya.
6. Menguasai stabilitas jasmaniah. Pada masa bayi, kondisi fisiknya sangat labil
dan peka, mudah sekali berubah dan kena pengaruh dari luar. Pada akhir masa
kanak-kanak, ia harus memiliki jasmani yang stabil, kuat, sehat, seimbang agar
mampu melakukan tuntutan-tuntutan perkembangan selanjutnya.
7. Memiliki konsep sosial dan fisik walaupun masih sederhana. Anak hidup dalam
lingungan fisik dan sosial tertentu. Agar dapat hidup secara wajar dan
menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya, anak
dituntut memiliki konsep-konsep sosial dan fisi yang sesuai dengan
kemampuannya. Anak harus sudah mengetahui apa itu binatang, manusia,
rumah, baik, jahat dan lain-lain.
8. Belajar hubungan sosial yang baik dengan orang tua, serta orang-orang dekat
lainnya, karena akan selalu berhubungan dengan orng lain, baik dalam
keluarganya maupun di lingkungannya, maka ia dituntut untuk dapat membina
hubungan baik dengan orang-orang tersebut. Anak dituntut dapat menggunakan
bahasa yang tepat dan baik, bersopan santun.
9. Belajar membedakan mana yang baik dan tidak baik serta pengembangan hati
nurani. Pergaulan hidup selalu beriisi dan berlandaskan moral. Sesuai dengan
kemampuannya anak dituntut telah mengetahui mana perbuatan yang baik dan
mana yang tidak baik. Lebih jauh ia dituntut untuk melakukan perbuatan yang
baik dan menghindarkan perbuatan yang tidak baik. Diharapkan kebaikankebaikan
ini menjadi bagian dari hati nuraninya.
Penutup
Dalam upaya mendidik dan mengembangkan anak untuk mencapai
perkembangannya seoptimal mungkin, maka para pendidik anak usia dini perlu
memahami siapa anak didiknya dan bagaimana perkembangan anak itu sendiri.
Anak berbeda dengan orang dewasa atau orang tua, anak memiliki karakteristik dan
dunianya sendiri, dan anak memiliki potensi untuk dapat berkembang selama
lingkungannya memberikan pengaruh-pengaruh yang positif bagi upaya
pengembangannya.

Referensi
Hadis, F.A. (1996). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : Proyek Pendidikan
Tenaga Guru Ditjen Dikti Depdikbud.
Havighurst, Robert, J. (1961). Human Development and Education. New York :
Longmans Green and Co.
Helms, D. B & Turner, J.S. (1983). Exploring Child Behavior. New York : Holt
Rinehartand Winston.
Hurlock, Elizabeth. B. (1978). Child Development, Sixth Edition.New York : Mc.
Graw Hill, Inc.
Kartono, Kartini. (1986). Psikologi Anak. Bandung : Alumni.
Maxim, George. W. (1985). The Very Young Guiding Children from Infancy
through the Early Years, Second Edition.California : Wodsworth Publishing
Company.
Santrock, J.W, & Yussen, S.R. (1992). Child Development, 5 th Ed. Dubuque, IA,
Wm, C.Brown.
Seifert l.K. & Hafftong, J. R. (1991). Child & Adolescent Development, Second
Edition. Boston : Houghton Mifflin Co.
Spodek, Bernard. (1993). Handbook of Research on the Education of Young
Children. New York : MacMillan Publishing Company.
Sukmadinata, Nana S. (1995). Psikologi Pendidikan. Bandung.
Vasta R & Haith, M.M & Miller, S. A. (1992). Child Psychology The Modern
Science. Canada : John Wiley & Sons, Inc.
---------------------